Pluralitas dan Inclusivitas Kebudayaan Jayawijaya

Jakarta,metronewstv.com Defini pluralisme singkatnya begini: plural; Beragam, Isme; Paham, pluralisme adalah paham keberagaman yang itu tidak adalah paham kebersamaan hidup berdampingan antar sesama dari keberagaman manusia, singkatnya: menerima paham keberagaman.

“Secara luas, pluralisme merupakan paham yang menghargai adanya perbedaan dalam suatu masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap menjaga keunikan budayanya masing-masing. Selain itu, dalam konsep pluralisme, kelompok-kelompok yang berbeda memiliki kedudukan yang sama”. (Magnis, Frans: 1985).

Frans Magnis dalam buku Kebangsaan Demokrasi Pluralisme Bunga Rampai Etika Politik Aktual (2015), menjelaskan bahwa salah satu nilai penting dalam pluralisme adalah toleransi.

Toleransi merupakan kesediaan untuk mengakui, bahkan menghargai keberadaan orang atau kelompok lain dalam keberlainannya.

Pluralisme memerlukan kemampuan untuk menerima perbedaan. Jadi, yang perlu ditekankan dalam konsep pluralisme adalah kesediaan dan kemampuan psikis untuk hidup berdampingan dengan orang atau kelompok yang berbeda suku, adat, agama, bahasa, etnis, dan lain-lain.

Ketika saya mengatakan konsep Wo’nawin dalam tradisi kebudayaan Jayawijaya banyak pihak menilai saya mengada-adakan sesuatu yang tidak ada bahkan dianggap aneh kalau bukan bertentangan.

Padahal apa yang saya maksud dengan konsep Wo’nawin adalah realitas hidup dan kenyataan praktek kehidupan manusia Lembah Baliem pada masa lalu hingga kini dan kedepan waktu akan datang terus hidup dilestarikan.

Pluralisme dalam bahasa asing (Latin) lebih pada konsep atau pemikiran. Wo’nawin lebih pada praktek dari konsep pluralisme. Terma WO’NAWIN kata kerja perintah. 

Sama dengan terma (kata) WO’NOM: Berilah (padaku)! sama dengan WOGOSIN: berilah (padanya)! 

Wo’nawin artinya terimalah saya, dalam menyerahkan diri, terma NA dalam bahasa Hugula berarti subyek, misalnya kata salam dalam ungkapan sehari-hari NAYAK! 

Kata Na-saya, yak: kamu, “NAYAK” artinya; saya saudaramu, saya-mu atau kamu-ku, kata NA dalam bahasa Hugula artinya milik, dalam arti saya bagian dari kamu atau saya milikmu atau saya bagian dari dirimu.

Sumber:Ismail Asso
 Peminat Kebudayaan Jayawijaya


Post a Comment

Previous Post Next Post